TERAPI OKSIGEN
TERAPI OKSIGEN
HIPOKSEMIA
Hipoksemia adalah suatu keadaan terjadinya penurunan
konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi oksigen
dalam arteri (SaO2). Nilai normal PaO2 85 – 100 mmHg dan SaO2 > 95%.
Hipoksia adalah penurunan sejumlah oksigen yang terdapat dalam jaringan tanpa
memperhatikan penyebab dan lokasi. Berdasarkan nilai PaO2 dan SaO2, hipoksemia
dibedakan menjadi ringan (PaO2 60-79 mmHg dan SaO2 90-94%), sedang (PaO2 40-60
mmHg dan SaO2 75-89%) dan berat (PaO2 < 40 mmHg dan SaO2 <75%). Hipoksemia
dapat disebabkan oleh gangguan ventilasi-perfusi, hipoventilasi, pirau,
gangguan difusi dan berada di tempat yang tinggi.
Patofisiologi
hipoksemia
Hipoksemia menyebabkan beberapa perubahan fisiologi yang bertujuan untuk mempertahankan agar
oksigenasi ke jaringan memadai. Bila
tekanan oksigen arterial (PaO2) di bawah
55 mmHg, kendali napas akan meningkat sehingga tekanan oksigen arterial juga meningkat dan sebaliknya tekanan
karbondioksida arteri menurun. Pembuluh darah yang mensuplai darah di jaringan
hipoksia mengalami vasodilatasi, selain itu juga terjadi takikardi yang akan
meningkatkan volume sekuncup jantung sehingga oksigenasi jaringan dapat
diperbaiki. Hipoksia alveoler menyebabkan kontraksi pembuluh darah pulmoner
sebagai respons untuk memperbaiki rasio ventilasi perfusi di area paru yang
terganggu, kemudian akan terjadi peningkatan sekresi eritropoetin ginjal
sehingga mengakibatkan eritrositosis dan terjadi peningkatan kapasitas transfer
oksigen. Kontraksi pembuluh darah pulmoner, eritrositosis dan peningkatan
volume sekuncup jantung akan menyebabkan hipertensi pulmoner, gagal jantung
kanan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Tujuan terapi oksigen
Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan
memperbaiki hipoksia jaringan, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk
mendapatkan PaO2 lebih dari 90 mmHg atau SaO2 lebih dari 90%. Besarnya fraksi
oksigen inspirasi (FiO2) yang didapatkan paru sesuai dengan volume oksigen yang
diberikan pada pasien dapat dilihat pada tabel berikut.
Alat
|
Aliran (l/mnt)
|
FiO2 (%)
|
Kanula nasal
|
1
|
0,24
|
2
|
0,28
|
|
3
|
0,32
|
|
4
|
0,36
|
|
5
|
0,40
|
|
6
|
0,44
|
|
Masker oksigen
|
5-6
|
0,40
|
6-7
|
0,50
|
|
7-8
|
0,60
|
|
Masker dengan kantong udara
|
6
|
0,60
|
7
|
0,70
|
|
8
|
0,80
|
|
9
|
≥ 0,80
|
|
10
|
≥ 0,80
|
INDIKASI TERAPI OKSIGEN
Beberapa kondisi harus dipenuhi sebelum melakukan terapi
oksigen yaitu diagnosis yang tepat, pengobatan optimal dan indikasi, sehingga terapi
oksigen akan dapat memperbaiki keadaan hipoksemia dan perbaikan klinik.
Kriteria pemberian terapi oksigen dapat dilakukan sebagai berikut.
1.
Pemberian terus menerus, dilakukan apabila
hasil analisis gas darah saat istirahat didapatkan nilai:
a.
PaO2 < 55 mmHg atau
saturasi < 88%
b.
PaO2 antara 56-59 mmHg atau
saturasi 89% disertai kor pulmonale atau polisitemia (Ht > 56%)
2.
Pemberian berselang, dilakukan apabila hasil
analisis gas darah didapatkan nilai:
a.
Saat latihan PaO2 < 55 mmHg
atau saturasi < 88%
b.
Saat tidur PaO2 < 55 mmHg
atau saturasi < 88% disertai komplikasi seperti hipertensi pulmoner,
somnolen dan aritmia
Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang
mendapatkan terapi oksigen perlu dievaluasi analisis gas darah setelah terapi
untuk menentukan perlu tidaknya terapi oksigen jangka panjang.
METODE PEMBERIAN OKSIGEN
Oksigen diberikan dengan kanula nasal 2 l/mnt dapat
meningkatkan fraksi oksigen inspirasi (FiO2) dari 21 menjadi 27%. Metode ini
kurang efisien karena hanya oksigen yang mengalir pada awal inspirasi saja yang
sampai di alveoli dan ikut proses pertukaran gas. Penggunaan kateter
transtrakeal merupakan salah satu cara untuk mengurangi volume ruang rugi
anatomik, sehingga oksigen yang diberikan bisa dosis kecil. Karena langsung
melalui trakea maka akan mengurangi iritasi nasal, telinga dan fasial serta
mencegah bergesernya alat tersebut saat tidur. Namun demikian perlu
dipertimbangkan komplikasi yang mungkin terjadi yaitu emfisema subkutis,
bronkospasme, batuk paroksismal, dislokasi kateter, infeksi di lubang trakea
dan mucous ball yang bisa
mengakibatkan keadaan menjadi fatal.
SISTEM PEMBERIAN OKSIGEN
Sistem pemberian oksigen yang dipakai untuk aliran terus
menerus ada 3 macam yaitu oksigen dimampatkan bertekanan tinggi, oksigen cair
dan oksigen konsentrat.
1. Oksigen dimampatkan bertekanan tinggi. Oksigen
disimpan dalam tabung metal bertekanan tinggi, aliran oksigen diatur dengan
regulator. Macam-macam tabungnya adalah tabung H (244 cuft), tabung E (22 cuft)
dan tabung D (13 cuft). Keuntungannya adalah murah, tersedia cukup banyak dan
dapat disimpan lama. Kerugiannya adalah berat, kurang praktis dalam pengisian
dan mudah meledak.
2.
Oksigen cair. Oksigen cair tidak bertekanan
tinggi dan dapat disimpan dalam tempat tertentu dilengkapi dengan alat HCFA
untuk mengubah oksigen cair menjadi gas sehingga dapat dihirup. Tempat
penyimpanan, disebut dewar, dapat
menyimpan oksigen cair sampai suhu – 273 oF. Umumnya dewar berisi
100 pound oksigen yang habis dalam seminggu bila dipakai terus menerus dengan
aliran 2 l/mnt. Oksigen cair lebih disukai daripada oksigen bertekanan tinggi
karena tempat penyimpanannya lebih kecil, ringan dan mudah dibawa pergi.
Kerugiannya lebih mahal dan pengisian kembali di pabrik yang sama.
3. Oksigen konsentrat. Sistem oksigen konsentrat
didapat dengan mengekstraksiikan udara luar menggunakan metode molekuler sieve, oksigen diekstraksi
sehingga dapat diberikan kepada pasien dan
nitrogen dibuang kembali ke udara luar. Alat ini dioperasikan secara elektrik.
Keuntungannya cukup murah, tidak perlu penyimpanan khusus, sedang kerugiannya
kurang portabel, bersuara dan perlu perawatan yang teratur.
RISIKO TERAPI OKSIGEN
Salah satu risiko terapi oksigen adalah keracunan
oksigen. Hal ini dapat terjadi bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari
50% terus menerus selama 1-2 hari. Kerusakan jaringan paru terjadi akibat
terbentuknya metabolik oksigen yang merangsang sel PMN melepaskan enzim
proteolitik dan enzim lisosom yang dapat merusak alveoli, risiko lainnya adalah
retensi gas CO2 dan atelektasis.
0 Response to "TERAPI OKSIGEN"
Posting Komentar